PRODUCT


Kami sediakan halaman ini untuk produk yang tersedia atau bisa dipesan.

We provide this page for products that are available or can be ordered

 

24 Tahun Tragedi Tamburello: Mengenang Pembalap F1 Fenomenal Ayrton Senna

Bagi para penggemar Formula One (F1), 1 Mei adalah hari bersejarah dimana tepat 24 tahun silam terjadi balapan paling kelam dalam sejarah balap “Jet Darat”. Ayrton Senna, seorang pembalap bertalenta yang sedang berada di masa-masa terbaiknya, harus kehilangan nyawa akibat kecelakaan hebat saat memimpin balapan di sirkuit Imola, GP San Marino, Italia.

Kecelakaan tragis pembalap kebanggaan Brasil itu terjadi saat balapan berlangsung di lap ketujuh. Mendekati tikungan Tamburello, mobil yang dikendarai Senna atau biasa disapa dengan nama Beco, keluar dari lintasan dan menabrak pagar beton tanpa pembatas. Ia dikabarkan tengah melaju kencang bersama mobilnya dengan kecepatan 310 km/jam!

Mobil FW16 sasis nomor 02 tim Williams-Renault yang dibawa Beco itu pun rusak parah di bagian sisi kanan hingga akhirnya berhenti berputar. Bersamaan dengan itu, terjadi cedera kepala mengerikan yang diakibatkan empasan roda depan serta pecahan logam suspensi yang menembus helm. Itu adalah mobil terakhir yang mengantarkan Senna melaju di tempat yang dicintainya, lintasan balap.

Senna merupakan juara dunia F1 pada 1988, 1990, dan 1991. Ayrton Senna da Silva, nama lengkapnya, meninggal dunia di usia 34 tahun sebagai pembalap fenomenal dengan berbagai prestasi yang fantastis. Ia berhasil menjadi juara dunia pertama kali kala membela Tim McLaren. Pada GP 1988, ia bersaing ketat dengan rekan setimnya, Alain Prost, yang sekaligus dikenang sebagai salah satu duel terhebat dalam sejarah F1.

Pembalap yang diberi gelar The Rain Man karena kepiawaiannya ngebut di trek basah ini juga pemegang rekor 65 kali pole position dalam 161 balapan, sebelum pada 2006 dipatahkan Michael Schumacher.

Banyak pihak berspekulasi soal penyebab kecelakaan. Mulai dari kondisi mobil yang saat itu dilakukan modifikasi pada kolom setir sehingga tak bekerja seperti seharusnya. Sehingga Patrick Head dan Adrian Newey dari tim Williams pun harus rela dikenai tuduhan oleh pengadilan Italia.

Selain itu kondisi sirkuit di tempat kejadian juga mempunyai andil karena permukaan yang tidak rata serta minimnya fasilitas keselamatan. Gerhard Berger, pembalap F1 dan sahabat terdekat Senna pernah mengalami petaka di sini (1989), sementara Roland Ratzenberger meninggal di Villeneuve Corner saat kualifikasi, sehari sebelum Senna.

Damon Hill rekan satu tim Beco punya pendapat lain, Ia menunjuk kecepatan sebagai faktor terjadinya kecelakaan fatal tersebut, bahwa Senna dirasa melaju terlalu cepat di tikungan maut itu. "Saya yakin dia melakukan kesalahan, tapi banyak orang tidak akan pernah percaya bahwa dia bisa melakukan kesalahan. Kenapa tidak? dia melakukan banyak kesalahan sepanjang karirnya. Dia selalu ingin mencapai batasan kecepatan bahkan melewatinya. Dia bahkan lebih siap untuk bertabrakan dengan lawannya daripada harus kalah,” ujar Hill.

Kini 24 tahun setelah peristiwa memilukan itu, publik tidak akan lupa mengenang kepergian sang legenda. Penghormatan untuk Beco sangat luar biasa, karena kehebatannya di sirkuit juga dibarengi dengan kepribadiannya yang luar biasa baik. Mulai dari patung, nama jalan, games, moda transportasi, lagu, pameran, bahkan niat mulia para atlet di seluruh dunia yang mendedikasikan kemenangannya untuk Senna.

 

Saudade (selamat tinggal), Beco!

RELATED NEWS